Anggota Komisi VII DPR RI, Novita Hardini, menyampaikan apresiasi tinggi terhadap langkah digitalisasi yang dilakukan oleh Radio Republik Indonesia (RRI) Bandung. Hal tersebut ia sampaikan usai pertemuan kunjungan kerja Komisi VII DPR RI dengan jajaran RRI Bandung di Jawa Barat, Selasa (9/9/2025). Kunjungan ini dilakukan dalam rangka penyerapan aspirasi dan pengawasan sebagai bahan pertimbangan penyusunan Rancangan Undang-Undang Penyiaran yang dijadwalkan diajukan pada 2026.
“Kami cukup bangga dan mengapresiasi bagaimana RRI Bandung telah bertransformasi secara digital dengan baik, serta mampu merangkul generasi muda. Stigma bahwa RRI hanya milik generasi baby boomers kini mulai terkikis,” ujar Novita.
Kepada Parlementaria, Novita menegaskan pentingnya perluasan target pendengar RRI, tidak hanya pada generasi muda seperti Gen Z dan Gen Alpha, tetapi juga anak-anak usia dini. Ia berharap RRI dapat menjadi media stimulan untuk meningkatkan minat literasi sejak dini melalui penyajian cerita-cerita rakyat dan dongeng lokal.
“Kalau tidak dimulai dari rumah dan dari ibu yang mendongengkan cerita kepada anak-anak, maka minat baca akan semakin menurun. Saya ingin RRI menjadi media dengar yang juga bisa menyampaikan cerita-cerita berbasis kearifan lokal,” katanya.
Terkait isu anggaran, Politisi PDI-Perjuangan itu menyoroti pentingnya dukungan politik anggaran untuk mendukung optimalisasi peran RRI, terutama dalam menangkal hoaks dan mengedukasi masyarakat.
“Kalau kita ingin mendorong peran RRI secara maksimal, kita tidak bisa melepaskan kebutuhan akan infrastruktur digital. Kami di Komisi VII mendorong agar anggaran yang ada pada 2026 bisa dimanfaatkan sebaik mungkin. Dan pada 2027, kami harap pemerintah memberi perhatian lebih kepada RRI,” terangnya.
Novita juga menambahkan, sebagai media pemerintah yang dibiayai APBN, RRI memiliki tanggung jawab besar dalam menyebarluaskan informasi akurat, mengedukasi masyarakat, serta menjaga nilai-nilai kebangsaan.
“RRI ini tempatnya untuk menyampaikan pemberitaan pemerintah, menangkal hoaks, hingga mengajarkan budi pekerti. Ini adalah media yang dulu digunakan oleh Bung Karno untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia,” tambahnya.
Di tengah prediksi surutnya eksistensi radio swasta dalam dua hingga tiga tahun ke depan, Novita menegaskan bahwa RRI justru harus mengambil peran strategis sebagai media edukasi yang tetap relevan dan berdaya saing tinggi.(hdpr.ri)
0 Komentar